WELCOME

SELAMAT DATANG DI BLOG PRIBADI MOECHTAR EL-NAOEMI, SILAHKAN ANDA MEMBACA-BACA ARTIKEL YANG ANDA SUKA, TAPI JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK ANDA/COMENT POSITIF YANG UNTUK KAMI SANGAT BERARTI . . . . THANKS YOUR VISITED SELAMAT MEMBACA ! ! ! !
English Arabic French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Senin, 02 Mei 2011

Menempuh Perjalanan Sukses


Siapa manusia di dunia ini yang tidak menginginkan sukses? Sejak jaman dahulu kala sampai seterusnya sukses tetap menjadi sebuah impian, bahkan kebutuhan mutlak setiap manusia. Sayangnya tidak semua orang memiliki pemahaman yang memadai tentang apa itu sukses. Tak mengherankan jika banyak yang kemudian merasa stres atau frustrasi. Mereka menganggap sukses seakan-akan suatu hal yang terlalu muluk, bahkan untuk sekadar dibayangkan.

Dalam tulisan saya sebelumnya (yang berjudul Mendefinisikan Ulang Kesuksesan) saya telah menegaskan bahwa sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Success is a journey, not destination! Dalam kerangka berpikir seperti inilah kita memahami bahwa mencapai tujuan akhir bukanlah segalanya. Dengan demikian kita harus lebih berfokus pada proses perjalanan sukses.

Saya amat berhutang budi kepada Dr. John C. Maxwell yang melalui pengajaran maupun buku-bukunya telah menyadarkan saya mengenai hal ini. Setelah lebih dari 25 tahun mempelajari dan bergaul dengan orang–orang sukses, Maxwell sampai kepada satu kesimpulan mengenai apa itu sukses. Dalam bukunya The Success Journey, Maxwell memberikan definisi sukses yang terdiri dari 3 hal yaitu mengetahui tujuan hidup Anda (knowing your purpose in life) , bertumbuh menggapai potensi maksimal Anda (growing to reach your maximum potential) , dan menaburkan benih yang membawa keuntungan bagi orang lain (sowing seeds that benefit others) .

Maxwell menambahkan ada 2 hari besar dalam kehidupan setiap orang. Pertama hari ketika kita dilahirkan dan kedua, hari ketika kita menemukan alasan mengapa Tuhan menghadirkan kita ke dunia ini. Sahabat saya, Mas Aribowo Prijosaksono secara tegas mengatakan setiap manusia adalah co-creator (pencipta) realitas kehidupan. Tuhan memberikan kepada setiap manusia anugerah terbesar berupa wewenang untuk menggunakan kuasa-Nya dalam kehidupan ini.

Berangkat dari keyakinan seperti di atas, saya sangat yakin kalau setiap manusia dikirim ke dunia ini dengan maksud tertentu. Psikolog Viktor Frankl pernah berkata, “Setiap orang memiliki pekerjaan atau misi spesifik dalam hidupnya.” Dalam bahasa sederhana orang sering menyebutnya sebagai jalur atau jalan hidup.

Terus terang tidak mudah bagi seseorang untuk bisa menemukan misi spesifik ini. Sahabat saya, seorang dokter spesialis ginjal yang sangat idealis, dr. Rully Roesli suatu ketika pernah mengingatkan saya betapa penting untuk menggali tujuan hidup ini. “Kamu harus bisa menemukannya Paulus kalau benar-benar ingin sukses,” katanya.

Syukur puji Tuhan, saya termasuk orang yang sangat beruntung karena bisa mengetahuinya sebelum usia 30 tahun. Setelah melalui serangkaian dinamika kehidupan –termasuk beberapa peristiwa tragis yang nyaris membuat saya bunuh diri- saya akhirnya tahu kalau saya harus berkarya dalam bidang motivasi dan pengembangan potensi diri. Itulah yang membuat saya begitu bergairah ketika menulis atau berbicara di depan publik mengenai hal-hal yang bisa memberikan nilai tambah bagi kehidupan orang lain. Meski hingga saat ini saya masih berwirausaha dalam bidang selular, toh saya merasa itu bukan panggilan hidup saya sehingga saya kurang bisa menikmatinya.

Hal berikutnya yang juga penting adalah kita harus senantiasa bertumbuh untuk menggapai potensi maksimal kita. Saya sangat yakin setiap manusia pasti diberikan karunia, bakat atau kelebihan-kelebihan tertentu. Kadang-kadang potensi seperti ini tidak kita kembangkan. Padahal salah satu ungkapan syukur kepada Sang Pencipta bisa kita ekspresikan dengan mendayagunakan potensi kita secara maksimal.

Seorang teman pernah geleng-geleng kepala melihat kebiasaan membaca saya. Hampir tidak ada hari yang saya lewatkan tanpa membaca. Bahkan di waktu-waktu sempit, seperti menunggu kedatangan seseorang, selalu saya gunakan untuk membaca. Setiap hari saya usahakan untuk selalu mendengarkan berbagai kaset-kaset motivasi, menonton acara TV yang bermutu dan membuat kliping berbagai artikel yang menarik. Saya sepenuhnya sadar bahwa saya tidak akan pernah bisa memberikan sesuatu kepada orang lain (entah itu uang atau ilmu) kalau saya sendiri tidak memilikinya. Itulah yang membuat saya berkomitmen untuk bertumbuh dan memperbaiki diri setiap hari. Penulis Novel, H.G. Wells berkata bahwa ukuran sukses adalah rasio antara seperti apa kita sekarang ini dan seperti apa kita seharusnya.

Hal terakhir yang tak kalah pentingnya jika kita berbicara tentang sukses adalah menaburkan benih yang membawa keuntungan bagi orang lain. Saya rasa semua agama mengajarkan agar kita mencintai sesama sebagai wujud cinta kepada Tuhan. Bukankah kita dikenang orang dari apa yang kita berikan dan bukan dari apa yang kita ambil? Sukses yang hanya dinikmati seorang diri bukanlah sukses sejati melainkan sebuah bentuk egoisme. Selamat menempuh perjalanan sukses Anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami tunggu kritik dan saran yang membangun dari anda !!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
~@~Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda~@~Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja~@~Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan~@~Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna~@~Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain~@~Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah~@~Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda~@~Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan~@~Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas~@~Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun~@~Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri~@~Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat~@~