Maya keluar dari kelas. Tapi tas
yang digambloknya terasa
berat. Dia menoleh,Neneng
sudah nyengir d
belakangnya,jilbabnya
berantakan.
"Ada apa neng?"
"Hehe,,,jadi nggak may mau
nemenin aku ke pesantren?
Katanya kemaren mau ikut.
Gmn?''
Maya berpikir sejenak,kemudian
tersnyum. Berlalulah mereka
dari gerbang sekolah dengan
Toyota yaris biru milik Maya. Di
perjalanan,Neneng banyak
bercerita dengan kehidupan
pondok. Dia juga tidak tahu
banyak,hanya sekedar sering
denger cerita dari temannya
yang mondok di situ. Maya
hanya sedikit memerhatikan
cerita Neneng,maklum,dia sibuk
menerobos kumpulan kendaraan
yang tak terhitung jumlahnya.
"ALMA'HAD ALISLAMIY ALMADANIY"
"Ini tempatnya neng?" Neneng
mengangguk. Maya memarkirkan
mobilnya di halaman seberang
gerbang pesantren.
Ketika hampir sampai
pesntren,Maya berhenti
sejenak. Pusing itu datang lagi.
Dari tadi pagi dia sudah
merasakan badannya agak
lemas.
"May,kamu nggak mau ikut
masuk?" Tanya Neneng ketika
sadar Maya jauh tertinggal di
belakangnya. Melihat Maya
diam,Neneng menghampirinya.
"Ya ALLAH may,kamu pucat
begini!!"
Maya tersadar,"Ah,nggak papa
kok."
"Beneran?"
Maya mengangguk. "Eh,enaknya
aku masuk nggak? Aku kan
nggak pake jilbab kayak kamu
gini. Mana masih pake seragam
sekolah lagi,emang boleh masuk
gitu?"
Neneng tertawa kecil, "Emang
mall,siswa berseragam nggak
boleh masuk?!! Nggak papa
kok,yuk!"
Akhirnya Maya mengikuti
Neneng menuju gerbang
pesantren. Neneng terlihat
ngobrol sebentar dengan
penjaganya,mungkin minta
dipanggilkan temannya. Mereka
disuruh masuk dan menunggu di
ruang tamu. Tapi belum sampai
di ruang tamu,Maya tidak
sanggup lagi berjalan. Dia sudah
tidak tahan menahan sakit dan
lemas di badannya. Dia pun
ambruk.
Neneng menoleh tersentak. Dia
bingung mendapati temannya
jatuh pingsan. Kebetulan di
sekitar situ masih sepi,tidak ada
orang yang lewat. "Aduh,gimana
ini??" Neneng kebingungan. Dia
menoleh kesana kemari,tapi
nihil,sepi. Tidak lama,seorang
lelaki berkopiah hitam keluar
dari satu ruangan. Langsung
Neneng meminta bantuan pada
cowok itu.
"Mas,mas." Cowok itu menoleh
dan langsung buru2
menghampiri mereka. Neneng
menjelaskan awal mula keadaan.
Langsung lelaki itu
menggendong
Maya,membawanya ke ruang
kesehatan.
Neneng dan lelaki itu masih
menunggu di samping Maya.
Sudah setengah jam,tapi Maya
belum sadarkan diri. Dan mereka
sengaja tidak membangunkan
Maya,karena menurut Arga-
lelaki yang menggendong
Maya,yang tidak lain adalah
ustad di pondok tersebut-Maya
pingsan karena kecapekan. Tapi
entah capek jasmani atau
rohani. Yang pasti,Maya butuh
istirahat.
"sampai kapan kak,kita nunggu
dia bangun? Bener nih nggak
usah dibangunin?" Neneng melas
menatap sahabatnya yang
begitu pucat berbaring.
"Kita tunggu lima belas menit
lagi,kalau dia belum sadarkan
diri juga..." belum selesai
bicara,mereka melihat jari
tangan Maya bergerak. Kelopak
matanya juga menandakan
kalau dia mau melek.
"Alhamdulillah dia sadar.
Sebentar,saya ambilkan air dulu."
Maya membuka matanya
dengan sempurna. Dia juga
sudah bisa melihat sekelilingnya
lengkap. Neneng dengan jilbab
abu2nya tepat di sampingnya.
Selain Neneng,semua terasa
asing untuk Maya.
"Aku di mana neng?" Neneng
menceritakan kejadian ketika
Maya jatuh pingsan dan
bagaimana dia bisa terbaring di
sini. Selesai cerita,Arga datang
membawa segelas air putih.
Maya sekilas menatapnya,tek!
Maya merasakannya,sesuatu di
hatinya ketika memandang Arga
barusan.
"Mbak,saya sudah menghubungi
bagian kesehatan putri. Insya
ALLAH mereka akan
memindahkan temen mbak ini k
ruang kesehatan putri." Arga
menyerahkan gelas itu ke
Neneng,memintanya supaya
membantu Maya minum air.
"Mbak,namanya siapa?"
"Maya." Suaranya masih
terdengar lemah.
"oh,mbak Maya sebentar lagi.."
"Nggak,saya mau pulang!"
"Tapi May,mustahil. Siapa yang
mau nganter kita? Kamu nggak
mungkin nyetir dalam keadaan
kayak gini!"
Maya masih kukuh mau pulang.
sebenarnya dia sadar badannya
masih sangat lemas,kepalanya
juga masih sakit. Tapi dia
benar2 nggak mau ada di
sini,karena wajah Arga terlalu
indah untuk dinikmati. Maya
takut jatuh cinta dengan cowok
itu.
Akhirnya Maya ngotot
berdiri,melipat selimut yang tadi
dipakainya. "Lihat,aku sudah
sehat kan?!" lalu menggandeng
Neneng yang masih bingung
melihat Maya yang tiba2
bangkit dari kasur. "Terima
kasih atas bantuannya." Dengan
jutek Maya pamit dengan Arga.
Dan Arga,dengan lembutnya
malah tersenyum dan mengikuti
mereka,mengantar mereka
sampai gerbang
pesantren,memastikan kalau
Maya akan baik-baik saja.
Maya berjalan kesal,tapi di
hatinya dia merasa tak mau
beranjak dari tempat itu. Dia
teringat mimpinya ketika ia
pingsan tadi. Di mimpi itu,dia
digendong oleh seorang
lelaki,begitu wangi,lembut,tapi
wajahnya tertutupi. Dan wangi
itu masih membekas. Maya
membuka gerbang sedikit,tapi
tangannya kembali
gemetaran,pusingnya kembali
bertambah,kakinya lemas,dia
jatuh lagi!! Tapi kali ini tidak
pingsan,dia masih sadar,tapi dia
tidak sanggup berdiri.
Arga yang melihat itu,langsung
berlari menghampiri mereka.
"Kalau memang mbak Maya
bener2 mau pulang,biar saya
antarkan,kebetulan saya bisa
nyetir kok." Sebenarnya Maya
sudah mau menolak,tapi Neneng
dengan semangat mengiyakan.
Dan di sinilah mereka
sekarang,di dalam
mobil,terjebak kemacetan malam
kota. Maya duduk lemas
bersandar di pundak Neneng.
Matanya dia
pejamkan,sebenarnya dia juga
ingin memisahkan ruh dari
jasadnya,tujuannya hanya
satu,supaya dia bisa tidak
melihat dan mendengar suara
Arga. Tapi tidak bisa,matanya
memang terpejam,tapi dia msih
benar2 ada di dalam mobil
itu,mendengar percakapan
antara Arga dan Neneng yang
mulai ngarol ngidul.
Arga,lulusan S1 FK UI,lulusan
terbaik. Tapi setelah lulus,dia
malah ingin mengabdikan
semuanya ke kiainya. Jadilah ia
ustad juga pakar kesehatan di
pondok almadaniy.
Padahal,banyak sudah rumah
sakit yang meliriknya dan
menawarkannya beasiswa
spesialis dan langsung bisa kerja
di rumah sakit tersebut dengan
gaji yang tidak sedikit. Tapi
Arga menolak semua,bismillah,dia
ingin memperbaiki agamanya.
Sampai situ,Arga bercerita
tentang dirinya.
Dan Neneng mulai cerita
tentang kehidupannya di
sekolah,juga teman2nya dan
tidak lupa rohis kebanggaannya.
"Tapi,kok Maya nggak kamu
ajak pake hijab juga? Bukannya
apa,sayang saja,Maya itu masya
ALLAH,jadi sayang kalau malah
jadi santapan laki-laki nakal."
Sampai situ aku terkejut! Siapa
dia? Soknya perhatian sampai
bilang begitu. Kenal juga baru.
Tapi kenapa dia,dari kata-nya
barusan sebegitu inginnya Maya
pake hijab sperti Neneng? Maya
semakin lemas. Hatinya makin
dipenuhi bunga2 cinta.
***
sebulan berlalu dari kejadian
pesantren itu. Maya berusaha
dengan sepenuh hatinya untuk
melupaka Arga. Tapi
sayang,Neneng tidak
mendukung,di setiap waktu dia
malah asyik berkata, "Iya,kata
kak Arga..." semua makin
mengingatkannya pada
Arga,sosok lelaki yang baru
membuka hatinya kembali. Maya
tidak pernah cerita apapun
perihal perasaan itu pada
Neneng. Dia ingin menyimpannya
sendiri,untuknya,tidak untuk
yang lain.
Pertanyaan Arga malam
itu,perihal dirinya yang tidak
berhijab,kini terngiang begitu
jelas di pikirannya. Malam
ini,Maya tidak henti2nya mondar
mandir di kamarnya. Padahal
besok,ujian terakhir
menantinya. Tapi pikirannya
terus dipenuhi
pertanyaan,mampukah dia
menghijabi diri juga hatinya?
Makin lama mondar mandir,Maya
makin tidak menemukan
jawaban itu. Akhirnya dia
memutuskan minta pendapat
Neneng.
Maya mengambil handphonenya
dan langsung menekan nomor
hp Neneng. Setelah suara
Neneng terdengar,Maya
langsung menceritakan
semuanya dan kemudian
meminta pendapat. Jelas Neneng
terdengar bahagia. Karena
memang sebulan ini,setelah Arga
menyuruhnya kembali mengajak
Maya pakai hijab,Neneng sangat
getol mengajak Maya pakai
hijab. Neneng banyak
menceritakan manfaat dan
kegunaan menutupi aurot kita.
Kata Neneng,untuk menghindari
fitnah.
"Alhamdulillah may!! Kalau aku sih
ya ngedukung banget. Tapi
semua kembali lagi ke kamu.
Gimana kemantapan kamu,dan
yang paling penting niat kamu.
Aku nggak mau kamu buru2
pakai hijab,cuma karena
aku,atau karena orang lain
mungkin." Dan ada nada
menggoda di balik kata2 Neneng
terakhir.
Maya agak tersinggung. Tapi
sudahlah,kini tinggal bagaimana
dia membenahi niatnya. Memang
tadi sebelum menelpon
Neneng,Maya ingin cepat-cepat
pakai hijab karena ia ingin
menjawab pertanyaan Arga,dia
sekedar ingin menunjukkan ke
Arga,ini lho Maya!! Aku juga bisa
pakai hijab!! Tapi kini,selesai
menlpon Neneng,Maya tersadar.
Ya,yang penting itu niat. Maya
mulai duduk khudlu',menata
hati,menghilangkan sejenak ego
kemanusiaannya,kesombongan
insaninya. Biar semua yang ingin
dia lakukan,semua hanya
untukNya,Sang Kholiq.
***
"Mabruuuk!!" senyum Neneng
langsung menyambutnya.
Menyambut Maya yang
baru,yang lebih anggun dan
lebih islamiy. Sosoknya kini
sempurna sudah sebagai
seorang muslimah sejati.
Langkah awal untuk lebih
menghijabi hatinya. Jalan untuk
bisa lebih dekat dengan
Rabbnya. Semua menyambutnya
dengan senyum hangat. Apalagi
ujian akhir mereka sudah
terlewati,tinggal menunggu hasil
ujian.
"May,terus abis lulus SMA kamu
mau lanjut di mana? Aku
denger2 kabar,katanya kamu
ditawarin beasiswa di Australia
ya?"
Maya tersenyum tipis,dengan
hijabnya,kini ia bisa lebih kalem
dan lebih feminine dalam
berbicara,juga perilakunya.
"Iya,kemaren pak bambang udah
kasih aku dokumen buat aku isi.
Tapi kayaknya aku tolak deh."
Neneng tersentak kaget,
"Kenapa may? Kesempatan
nggak datang dua kali lho."
"Kamu bener,makanya aku milih
nolak,karena kesempatan
mendapat hidayah itu aku takut
nggak akan datang lagi."
"Maksud kamu?" Barulah Maya
menceritakan semuanya.
Pertama tentang kegalauannya
dan keinginannya yang begitu
kuat untuk mondok. Hanya satu
yang dia ingin,ingin lebih baik
dari sekarang. Lebih menjiwai
sosok muslimnya. Dia tidak ingin
cuma sebatas islam KTP.
Makanya tadi,dia sudah
mengembalikan semua dokumen-
dokumen ke pak Bambang. Dan
minggu depan,tanpa nunggu
hasil ujian,Maya siap memulai
kehidupan santrinya.
"Doanya aja Neng..."
***
Maya berjalan terburu-buru.
Kata mbak-mbak pengurus, dek
Naili dari tadi nangis dan nggak
ada yang bisa diemin. Katanya
dia terus manggil-manggil nama
Maya. Makanya setelah sekolah
diniyah,Maya langsung disuruh
cepat ke rumah kiai. Maya
membuka pintu ndalem bawah.
Baru kali ini-selama dua bulan
dia tinggal di pondok AlMadaniy-
dia masuk ndalem lewat pintu
utama.
Maya kaget,sosok lelaki berdiri
tepat di depannya,sepertinya
dia ingin keluar. Mungkin ini
yang kata mbak-mbak putranya
abah yang paling
ganteng,gumam Maya dalam hati.
"Kamu Maya?" Maya hanya
mengangguk sambil terus
tertunduk. "Cepetan ke kamar
Naili,dari tadi dia ngamuk nyari-
nyari kamu!!"
Maya mengangguk dan langsung
bergegas naik,tapi di tengah-
tengah tangga,ada rasa
penasaran menyusup ke
hatinya,mendorongnya untuk
menoleh ke bawah,berharap
semoga bisa melihat gus
Abid,yang tadi terkesan galak.
Maya berhenti sejenak dan
memberanikan diri menoleh.
Tanpa dia sangka,ternyata gus
Abid juga sedang asyik
memandanginya. Jadilah mereka
sama-sama malu,wajah putih
Maya langsung memerah. Dia
segera menundukkan wajahnya
dan melanjutkan jalannya naik
ke kamar dek Naili. Abid lebih
salah tingkah lagi,gelagapan ia
melengos,sambil berdehem,lalu
keluar.
***
semenjak itu,pikiran Abid terus
dipenuhi wajah putih Maya
dengan jilbab merah mudanya.
Apalagi ketika wajah putih itu
memerah,subhaanallah,,,betapa
Allah menunjukkan kuasaNya
dalam menciptakan manusia
dengan sebagus-bagusnya
bentuk.
Fuuuuuuuuuh...Abid menghela
nafas untuk kesekian kalinya.
teman yang juga
santrinya,bingung mendapatinya
seperti sangat bingung akhir2 ini.
"Gus,aku perhatikan semingguan
ini seperti ada seseorang yang
mengganggu pikiranmu. Nggak
mau cerita neeh??"
Abid baru tersadar dari
lamunannya. "Hah? Nggak juga
kok. Siapa?"
temannya tertawa keras.
"Bid,udahlah,kalau untuk
masalah itu,anggap aku
temanmu,aku juga akan
menghilangkan gelar gusmu. Kita
sama2 manusia,wajar kalau
bayangan itu menghinggapi kita.
Ayo cerita! Siapa tahu aku bisa
Bantu."
Abid merasa benar dengan kata-
kata temannya barusan.
Langsung dia menceritakan
tentang sosok santri yang
begitu full memenuhi pikirannya.
Dan dia rasa,kini dia benar-
benar telah jatuh cinta
dengannya. Apalagi setelah dia
cari-cari informasi tentang
cewek ini,dia tidak menemukan
kecuali yang baik tentang dia.
Itu semakin mantap
membuatnya ingin meminang
perempuan ini.
"Gitu too...emang kalau boleh
tahu siapa sih santri putri yang
sudah bikin temen plus gusku ini
ketar ketir kayak gini?"
"Afwan bro,aku belum ingin
terlalu mempublikasikan secara
detail. Nanti kalau sudah aku
lamar dan dia ok,baru aku
ceritakan semua tentang dia!"
***
Maya benar-benar capek. Dia
habis mengantarkan salah
seorang santri ke rumah sakit.
Belum habis rasa
capeknya,mbak Nita,kepala
kesehatan putri meminta tolong
Maya untuk mengantar titipan
obat ke ruang kesehatan putra.
Akhirnya dengan badan
lemas,terik matahari yang
begitu menyengat,Maya
mengangkat dua plastik isi obat-
obatan yang baru tadi dia beli.
Akhirnya sampai juga! Maya
langsung mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum." Jawaban
terdngar di dalam,tidak lama
pintu terbuka. Bruuuk!!! Dua
plastik lepas dari genggaman
Maya. Pandangannya masih
lekat di wajah di hadapannya ini.
Wajah yang setia menemani
pikirannya. Begitu juga dengan
sosok di hadapannya,dia tidak
jadi berkata-kata. Terpana juga
melihat siapa perempuan di
hadapannya. Lama...seakan
waktu berhenti berputar.
"Astaghfirullah.." lirihan kecil dari
mulut Arga mengakhiri aksi
terpanaan mereka berdua.
"Kamu Maya kan?"
Maya salah tingkah langsung
mengambil kembali dua plastik
yang tadi terjatuh. Kemudian
tersenyum tipis. Lalu Arga
menyuruhnya masuk. Maya
langsung mengutarakan maksud
kedatangannya ke situ.
"Tadi mbak Nita nyuruh aku
nganter ini. Katanya kesehatn
putra lagi butuh banyak
obat2an." Arga langsung sibuk
mengecek obat-obatan yang
dibawa Maya. Dia menyuruh
Maya untuk menunggu
sejenak,karena ia harus
mencatat semuany,kemudian
menyalinnya dan meminta Maya
untuk memberikannya ke nita.
Di tengah2 sibuk mencatat,Arga
masih sempat mengajak Maya
ngobrol. Tapi Maya hanya
menjwab seadanya,dia lebih
memilih diam. Dia takut perasaan
itu terlhat. Tapi Arga tidak
henti-hentinya bertanya. Kapan
dia mulai pakai hijab? Kapan dia
mulai jadi santri di sini? Apa
yang bikin dia akhirnya mau
mondok? Dan banyak lagi. Dan
Maya dengan sabar menjawabi
semua pertanyaan.
Pencatatan selesai. Arga
langsung menyerahkan dokumen
untuk nita. "Syukron udah
sabar nunggu." Lagi-lagi Maya
hanya tersenyum lembut
kemudian pamit keluar. Dan
senyum itu,,,masih tertinggal di
hati Arga. Mengembalikan
bayangan senyumnya yang dulu.
***
"May,dipanggil ke ndalem." Maya
yang lagi asyik
muthola'ah,langsung menaruh
kitabnya dan membenarkan
jilbabnya. 'Tumben dek Naili jam
segini manggil aku?'
Maya memasuki ndalem dari
pintu belakang. Baru hendak
menaiki tangga,ummi
memanggilnya. "Maya,ke sini nak!"
"Iya ummi,ada apa? Katanya dek
Naili manggil saya ya mi'?
"Bukan Naili yang panggil
kamu,tapi umi." Maya agak
kaget. Tumben ummi ada perlu
sama dirinya.
Setelah Maya duduk,ummi
menceritakan sedikit tentang
sosok Abid ke Maya. Maya agak
bingung,ada apa ini,kok dipanggil
hanya untuk cerita gus Abid
dari kecil. Ada sedkit kecurigaan
menyusup ke hati Maya. Sampai
pada akhir cerita,ummi meminta
sesuatu yang tidak enak bagi
Maya untk menolak. "Kamu mau
nak,kalau umi jodohin sama
Abid?"
Kecurigaan Maya terjawab. Umi
melanjutkan, "Baru kali ini Abid
minta dilamarin seorang
perempuan. Padahal umi dan
abah sudah dari dulu ngasih dia
pilihan permpuan-
perempuan,tapi dia selalu bilang
nggak sreg. Makanya ketika
sekarang dia minta kamu,umi
langsung mengiyakan. Karena
umi tahu kamu juga anak baik.
Gimana?"
Maya terdiam. Tidak mungkin
juga dia langsung bilang
iya,apalgi bilang tidak. Dan umi
juga menangkap arti dari
diamnya Maya. Umi juga tidak
memaksa Maya menerima. Umi
menyarankan Maya
musyawarah dengan
keluarganya dan tidak lupa
istikhoroh,karena ini bukan
untuk main-main.
***
Akad pernikahan sudah berlalu.
Maya masih belum bisa
menghilangkan sisa-sisa
tangisnya. Kini rasa bercampur
di hatinya. Sedih,sakit,juga
senang,tapi hanya sedikit. Dia
mengingat tadi ketika di
masjid,setelah ijab qobul,semua
asaatidz menghampiri
Abid,mengucapkan selamat. Dan
lelaki yang pernah dia cintai-pun
sampai saat ini-orang yang
paling lama berbincang dengan
Abid. Sebenarnya Maya tidak
berani menatapnya,tapi
beberapa kali Maya
meliriknya,Maya selalu
mendapati kedua mata Arga
sedang menatapnya dengan
tatapan pilu. Dari situ Maya
tahu,Arga juga merasakan
seperti yang dia rasakan!!!
Tapi kenapa baru sekarang dia
mendapati rasa itu? Kenapa
malah di saat-saat seperti ini
dia menyadari bahwa di hati
mereka,ada cinta yang begitu
kuat? Kenapa setelah dia sudh
menjadi milik Abid,dia baru tahu
Arga menyimpan rasa
untuknya,sehingga
menumbuhkan kembali rasa di
hatinya? Allahummaghfirlii...
***
tiga bulan sudah Maya menjalani
kehidupan barunya,menjadi istri
seorang gus Abid. Gus idola para
santri putri. Ada sedikit bangga
juga bisa bersanding dengannya.
Apalagi Abid yang sangat baiiik
kepada permpuan. Dia begitu
menjunjung hak-hak
perempuan,tapi tanpa
membuatnya lupa akan
hakikatnya. Maya berhasil
menghapus rasa yang sempat
menyakitkannya ketika awal2
masa pernikahannya. Dia hampir
menceritakan semua pada
suaminya,dan memintanya untuk
mengerti sehingga mau
melepasnya dan merelakannya.
Tapi alhamdulillah,berkat
kesabaran Abid,semua berhasil
dia lewati. Sampai saat itu...
"Yang,aku tuh bingung sama
Arga. Sampai sekarang kok dia
masih betah ngejomblo gitu ya?"
Maya tidak berani komentar
apa-apa. Dia takut salah
ngomong.
"Eh yang,gimana kalau kta
jodohin aja sama Fitri? Dia kan
sebentar lagi selsai mondoknya?
Gimana menurut kamu?"
Maya serasa tidak percaya
dengan apa yang barusan dia
dengar. Memang,dia sekarang
sudah berhasil melupakan
Arga,tapi kalau nanti harus jadi
saudara seipar,tinggal satu
lingkungan,pasti rasa itu akan
muncul lagi,malah mungkin akan
semakin menjadi-jadi. Tidak rela
melihatnya dengan orang lain.
'astaghfirullah...aku ini sudah jadi
istri orang.'
Baru tersadar dari naza'
pikirannya,Maya sudah
mendapati kamarnya kosong.
Sepertinya Abid langsung mau
matur ke abah uminya untuk
menawarkan Arga,sahabatnya.
***
semua berjalan begitu cepat.
Abah umi yang langsung setuju
dengan usulan Abid
menjodohkan Fitri dengan Arga.
Abid yang kemudian
menawarkan Arga tentang
usulannya. Dan Arga yang
dengan lugas menjawab,
"Sam'an wa tha'atan."
Dan kini,Maya sibuk menyiapkan
pakaian suaminya. Kebetulan
Abid ada acara di beberapa
tempat di jawa tngah. Sekalian
dia ingin ke pesantren
Fitri,memboyongkannya
sekaligus mengabari perihal
perjodohannya dengan Arga.
"Emang mas yakin Fitri bisa suka
dnegan Arga?"
"Aku belum cerita ke kamu ya
yang? Dulu itu Fitri sempet
naksir lho sama Arga. Lagian
cewek mana sih yang nggak
akan terpincut sama
Arga,dokter gagah nan ganteng
gitu,ya kan?" kata2 itu
langsung menembak dalam hati
Maya. 'ya...sampai akupun masih
tertahan olehnya...'
semua barang sudah siap. Koper
dimasukkan ke mobil. Maya tidak
bisa ikut mengantar ke
bandara. Badannya lemas.
Mungkin terkuras pikirannya
menyiapkan lahir bathin
menerima Arga da Fitri.
"Yang,I love u." Maya hanya
tersenyum tipis. Setelah
mencium kening istrinya,dengan
senyum yang paling manis,Abid
meninggalkan rumah.
***
Maya tidak bisa tidur.
Bayangannya entah pergi ke
mana?? Hatinya masih dipenuhi
ketakutan. Bagaimana ini?? Dia
merasa Argalah penyebab
kegalauan ini. Maya mondar
mandir,tidak tahu apa yang mau
dia lakukan. Akhirnya ia memilih
menulis surat untuk Arga.
Mengungkapkan
semua,,,tentang
perasaannya,juga tentang
kerelaannya kini...melepaskan dia
bersama Fitri.
Surat sudah jadi. Baru selesai
melipat,pintu diketok. Spontan
Maya menyelipkan surat di
tumpukan buku di atas meja.
Maya membuka pintu.
Didapatinya umi sudah berbalut
jilbab. 'ada apa ini,malam2 begini
umi ke sini?'
"May,yang sabar ya may.
Abid...suamimu..."
Maya setia menemani umi yang
masih menangis dari tadi.
Mereka menunggu jenazah Abid
datang. Katanya sekarang
sudah di perjalanan dari
bandara ke rumah. Mungkin
sebentar lagi sampai.
Abid meninggal tabrak lari di
depan pesantren tempat Fitri
mondok. Setelah memboyongkan
Fitri dan megabarinya tentang
perjodohan itu,ketika Abid
hendak mnyebrang,sepeda
motor kencang menabraknya.
Seketika dia meninggal. Tapi
sebelumnya,dua nama yang
digumami Abid,'Maya...Arga...'
***
dua bulan setelah itu...
Semua sudah kembali
beraktifitas. Hanya ndalem yang
masih sedikit diselimuti duka.
Maya masih agak shock
kehilangan suaminya. Walaupun
dia belum bisa mencintainya
dengan sepenuh hati,tapi
baginya,Abid sosok yang
memukau. Smpurna sebagai
seorang suami. Begitu juga
dengan Fitri,ia merasa sangat
kehilangan kakak tercintanya.
Apalagi sebentar lagi dia akan
menikah dengan sahabat
almarhum kakaknya itu.
"Mbak,aku mau tidur di sini
bentar nggak apa-apa kan?"
siang itu tiba2 Fitri datang ke
kamar Maya.
"Masuk aja fit. Tapi mbak mau
ke bawah dulu yah,mau Bantu
umi masak." Fitri
masuk,memandang sekeliling
kamar itu. Kamar yang pernah
ditempati almarhum kak Abid.
Fitri msih mendapati aroma khas
kak Abid. Diapun tidak jadi
tidur,malah sibuk memerhatikan
sudut ruangan. Dia duduk di
meja baca kak abid. Membuka
kitab2 dan buku di atasnya. Dan
terjatuhlah selembar kertas...
***
"Fitri di kamarmu nak?" Tanya
umi setelah selesai memasak.
"Iya mi',katanya dia mau tidur
sebentar. Oya mi,terus jadinya
akad nikah Fitri di sini atau di
mana?"
"Arga sih mintanya di sini,terus
abah yang akadin. Tapi kalau
nunggu abah punya waktu ya
mungkin sekitar minggu depan."
Maya mengangguk. Sebenarnya
dia belum begitu bisa menerima.
Tapi ya sudahlah,,mungkin ini
memang sudah jalannya.
***
bismillahirrahmanirrahiim
kak Arga,yang mudah2an selalu
dalam lindungan dan limpahan
rahmatNya..amien
sebelumnya aku minta maaf
atas kelancangan surat ini. aku
juga sadar siapa aku,dan tidak
sepantasnya untukku sekarang
menulis surat untuk kak
Arga,juga untuk lelaki manapun.
Tapi,hati ini yang mendorong
tangan untuk menulis,memaksa
otak untuk berpikir merangkai
kata2 untuk sang pujaan hati.
Kak Arga,surat ini,saksi bahwa
dulu dan sampai sekarang
ternyata aku mencintai kak
Arga,dengan sepenuh hati,sejak
pertama kak Arga
membopongku. Sampai saat
ini,wangi tubuh kak Arga seakan
masih melekat di hidungku.
Sampai saat ini,bayangan kak
Arga msih terus menemaniku.
Tapi aku sadar,kini aku sudah
menjadi milik orang lain,tidak
sepantasnya aku masih
menyimpan rasa itu. Insya
ALLAH,aku akan berusaha
membuangnya,dan wallahi,aku
rela melepas. Aku rela melihat
kak Arga dengan perempuan
lain...seperti relanya kak Arga
ketika melihat aku di samping
mas Abid.
Aku,yang berusaha berhenti
mencintaimu
***
Maya terus membuka halaman
demi halaman semua buku di
atas meja. Tapi nihil,surat itu
belum juga ketemu. Sebenarnya
dari kemarin Maya sudah mau
membakar surat itu,tapi Fitri
seakan terus ingin di
sampingnya. Setiap waktu Fitri
selalu main di kamarnya.
Sehingga membuat Maya lupa
akan hal yang satu itu.
'jangan sampai ada orang yang
baca surat itu!! Di mana yaa?'
Maya menggumam sambil terus
sibuk mencari.
Kreeek...pintu dibuka. Maya
tersentak kaget. Dia langsung
pura-pura sibuk beres-beres.
"Eh,kamu fit. Ada apa?"
"Cuma mau kasih kabar kak,lusa
jam8 pagi akadnya." Fitri tidak
masuk. Hanya berdiri di pintu.
Maya langsung menghampiri
mengucpkan selamat. Dia
memeluk Fitri,kemudian
menangis. Fitri membalas
pelukannya,semakin erat
memeluk. Mereka sama-sama
menangis. "Kak,lusa,dandan yang
cantik ya!!" Maya mengangguk
kecil.
***
Maya menatap sekali lagi
dandanannya di depan kaca.
Sudah cukup. Dia tidak mau
terlihat terlalu mewah atau
heboh dandan. Tiba-tiba Fitri
dan umi masuk. Maya kaget
melihat Fitri yang dandanannya
sangat sangat biasa.
"Lho fit,sebentar lagi kan
acaranya? kok?"
"Nak,umi mau bicara. Duduk dulu
yuk!" umi dan Maya duduk di
kasur. Fitri ikut duduk di bawah
kaki uminya.
Umi menyerahkan secarik
kertas pada Maya. Maya kaget
menerimanya. Surat itu...
"Fitri sudah baca semua mbak.
Fitri terharu. Makanya Fitri
langsung memutuskan untuk
matur dan cerita semua ke
abah umi. Fitri mau,mbak Maya
sama kak Arga..."
Maya hampir tidak percaya
dengan apa yang dikatakan
Fitri. Maya menatap umi,mencari
jawaban dari beliau.
"Umi dan abah juga sudah
terserah Maya. Apalagi kata
Fitri,dua nama terakhir yang
disebut Abid itu,nama kamu
sama Arga. Gimana nak?"
Maya menangis terharu. Dia
langsung jatuh di pangkuan
ummi. Umi menghelai lembut
rambutnya. Semoga ini yang
terakhir...
***
pesantren AlMadaniy kembali
tersenyum. Bahagia kembali
menghampiri. Semua seakan ikut
merasakan aura cinta dua insan
yang begitu besar. Cinta yang
tersimpan,kini bisa bersatu
dalam ikatan suci nan halal.
Semua ikut menjadi saksi,pun
ruh Abid,yang sudah tenang di
alam sana,ikut merasakan
kebahagiaan perempuan yang
dicintainya.
"Ankahtuka wazawwajtuka Mezz
Maya binti Abdullah bimahrin
madzkuurin,haalan."
"Qabiltu nikahaha wa tazwiijaha
bimahrin madzkurin haalan..."
the end
Que3n_sheBa
thanks,,
Mungkin inilah hasil yang saya peroleh dari uték-uték hp, kiranya sangat sederhana bagi anda,tapi bagi saya, sangatlah melegakan. . . .
Tujuan kami, tidak lain hanyalah untuk saling berbagi, krena hidup terasa indah dengan berbagi..
Thanks telah mampir !
dari kami selamat membaca
Laman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



































Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami tunggu kritik dan saran yang membangun dari anda !!!