WELCOME

SELAMAT DATANG DI BLOG PRIBADI MOECHTAR EL-NAOEMI, SILAHKAN ANDA MEMBACA-BACA ARTIKEL YANG ANDA SUKA, TAPI JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK ANDA/COMENT POSITIF YANG UNTUK KAMI SANGAT BERARTI . . . . THANKS YOUR VISITED SELAMAT MEMBACA ! ! ! !
English Arabic French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Kamis, 18 Februari 2010

Materialisme Dialektika: Analisis dan Kritik

Materialisme Mekanika
dan Dialektika

Materialisme memiliki
berbagai macam aliran.
Setiap aliran
menafsirkan fenomena
alam ini dengan caranya
masing-masing. Di awal
era modern, kaum
Materialisme- yang
terilhami oleh fisika
Newton-menafsirkan
fenomena alam ini
sesuai dengan gerak
mekanik, yaitu bahwa
setiap gerak merupakan
akibat dari kekuatan
penggerak tertentu,
yang lalu masuk ke
dalam benda yang
bergerak. Artinya
mereka menggambarkan
bahwa alam ini
merupakan mesin
raksasa; yang kekuatan
penggerak di dalamnya
berpindah-pindah
sehingga mengakibatkan
gerak seluruh mesin.
Teori ini dinamakan
Materialisme Mekanika.

Adanya berbagai
kelemahan pada
pandangan ini membuka
banyak tanggapan
kritis. Di antaranya,
apabila setiap gerakan
itu disebabkan oleh
kekuatan luar, maka
mesti diasumsikan
adanya kekuatan
penggerak lain yang
datang dari luar untuk
menggerakkan materi
pertama bagi alam
semesta ini. Hal ini
membawa kita untuk
beriman kepada maujud
di balik materi,
setidaknya sebagai
sebab pada gerak awal
yang terdapat pada alam
materi ini.

Kritik lain atas
pandangan Materialisme
Mekanika, bahwa
kekuatan mekanika hanya
menjelaskan gerak-gerak
posisif (wadh'i).
Padahal fenomena alam
semesta tidak mungkin
dibatasi dengan
perubahan posisi dan
tempat. Oleh karena
itu, kita mesti
mengimani adanya sebab
dan faktor lain untuk
menafsirkan kemunculan
seluruh fenomena alam
ini. Kritik-kritik
tersebut mendorong
penganutnya mengkaji
faktor lainnya untuk
menafsirkan adanya
perubahan dan gerak
pada alam ini. Paling
tidak, mereka berusaha
untuk menafsirkan
sebagian gerak dengan
penafsiran dinamika
sehingga dapat
mengasumsikan adanya
gerak esensial bagi
materi tersebut.

Pendiri Materialisme
Dialetika (Marx dan
Engels) menilai bahwa
faktor gerak tersebut
adalah tadhad dakhili
(kontradiksi internal)
di dalam fenomena-
fenomena materi. Dalam
masalah ini, mereka
menggunakan teori-teori
filsafat Hegel. Di
samping meyakini bahwa
materi itu bersifat
abadi, azali, tidak
akan rusak, tidak
dicipta, memiliki gerak
yang menyeluruh, dan
adanya interaksi
antarfenomena, mereka
pun mengajukan tiga
prinsip untuk
menjelaskan
pandangannya:

- Prinsip Kontradiksi
Internal.

- Prinsip Lompatan,
atau perubahan
kuantitas (kamm) kepada
kualitas (kaif).

- Prinsip Negasi
terhadap Negasi, atau
dinamika alami.

Berikut ini penjelasan
sekaligus kritik atas
tiga prinsip tersebut.

Prinsip Kontradiksi
Internal

Materialisme Dialetika
percaya bahwa setiap
benda tersusun dari dua
kontradiksi (tesis dan
antitesis). Kontradiksi
ini merupakan faktor
utama bagi gerak dan
perubahan benda
tersebut. Dalam
pergulatan tesis dan
antitesis, yang kedua
ini dapat mengalahkan
yang pertama sehingga
munculah materi baru
yang disebut dengan
sintesis. Misalnya,
telur ayam itu
mengandung sperma,
kemudian secara
berangsur mengalami
perubahan dan
perkembangan dengan
mencerna makanan yang
terdapat di dalamnya.
Dan akhirnya ia
melahirkan anak ayam
yang merupakan
sintesis. Gelombang
listrik yang memuat
aliran positif dan
negatif adalah contoh
lain akan adanya
kontradiksi dalam
fenomena fisika.
Demikian juga dengan
teori menghimpun dan
membagi dalam
Matematika pemula, atau
pecahan dan integral
dalam Matematika
tingkat tinggi.

Materialisme Dialektika
juga berperan dalam
berbagai peristiwa
sosial dan sejarah.
Misalnya pada
masyarakat kapitalis,
kita dapati adanya
golongan proletariat
(buruh), yang merupakan
antitesis bagi golongan
borjuis, dan secara
berangsur mengalahkan
yang kedua, kemudian
muncullah masyarakat
sosialis komunis
sebagai sintesis. Para
pendukung teori Marxis
juga menambahkan, bahwa
prinsip kontradiksi ini
dapat membuktikan
kebatilan prinsip
metafisika, yakni hukum
nonkontradiksi.

Kritik

Perlu kami tekankan
bahwa tidak seorang pun
yang menolak adanya dua
realitas materi yang
saling bersentuhan
sebegitu rupa hingga
salah satunya mendesak
yang lainnya, atau
malah menghancurkannya,
sebagaimana hal ini
dapat kita saksikan
pada air dan api. Meski
begitu, pertama:
kondisi seperti ini
tidak bersifat mutlak
dan tidak mungkin dapat
kita terima sebagai
sistem alam yang
universal. Karena dapat
kita metemukan ratusan
bahkan ribuan fakta
yang menentang
kenyataan ini.

Kedua, adanya
kontradiksi pada
sebagian fenomena alam
tidak ada hubungannya
dengan kontradiksi yang
diyakini
kemustahilannya oleh
logika klasik dan
Filsafat Murni. Karena,
kemustahilan yang
mereka akui adalah ber-
kumpulnya dua hal yang
kontradiktif pada "satu
subjek". Sedangkan
contoh-contoh
kontradiksi yang
diyakini kaum
materialis tidak
menyoroti satu subjek.
Kita pun tidak butuh
kepada contoh-contoh
dangkal atas dua hal
kontradiktif yang
menjadi bahan cemoohan
kaum Marxisme seperti;
berkumpulnya antara
menghimpun dan
mengurai, bilangan
pecahan dan bilangan
yang benar (integral)
dan ramalan kosong yang
mereka buat-buat
tentang munculnya
kekuasaan golongan
proletariat di negara-
negara sosialis.

Ketiga, apabila setiap
fenomena mesti
terangkap dari dua hal
yang kontradiktif
(tesis dan antitesis),
masing-masing dari
keduanya itu mesti
terangkap pula, karena
mereka itu adalah
fenomena. Berdasarkan
prinsip kontradiksi,
tesis maupun antitesis
mesti tersusun dari dua
hal yang kontradiktif.
Konsekuensinya, bahwa
setiap fenomena yang
terbatas mesti tersusun
dari kontradiksi-
kontradiksi yang tak
terbatas.

Sekaitan dengan
kontradiksi internal
yang mereka angkat
sebagai faktor
penggerak, yang dengan
cara ini mereka ingin
menutupi sejumlah
kelemahan Materialisme
Mekanika, kritik yang
paling ringan atasnya
adalah bahwa tidak
didapati argumentasi
ilmiah apapun yang
mendukung prinsip
tersebut. Di samping
itu, kita tidak dapat
mengingkari adanya
gerak-gerak mekanis
yang terjadi akibat
kekuatan luar. Lain
halnya jika mereka
mengatakan pula bahwa
gerak bola pun muncul
akibat adanya
kontradiksi internal di
dalam bola itu sendiri,
bukan akibat dari
tendangan pemain sepak
bola?!

Dasar Lompatan

Kita saksikan bahwa
berbagai perubahan alam
tidak seluruhnya
terjadi secara
berangsur dan segaris.
Bahkan banyak sekali
fenomena yang baru itu
muncul, namun tidak
semirip fenomena-
fenomena sebelumnya.
Dalam hal ini, kita
tidak dapat menganggap
bahwa fenomena yang
baru tersebut adalah
imtidad (ekstensi)
perubahan dan gerak
sebelumnya.

Berangkat dari sinilah
kaum materialis
meyakini prinsip lain,
yaitu lompatan
(thafrah), atau
perpindahan dari
perubahan kuantitas ke
perubahan kualitas.
Artinya, ketika
perubahan kuantitas
mencapai tingkat
tertentu, ia akan
berubah menjadi
kualitas yang baru dan
menjadi sebab atas
terjadinya perubahan
kualitas tersebut.
Sebagai contoh, air
ketika diletakkan di
atas api, derajat
panasnya akan
meningkat. Kemudian
jika panasnya itu
meningkat sampai
derajat tertentu (100
derajat celsius), ia
akan berubah menjadi
uap. Demikian pula,
setiap lempengan
tembaga yang memiliki
titik leleh tertentu,
yang bila dipanaskan
sampai derajat
tertentu, ia akan
berubah dan mencair.
Tidak beda halnya
dengan masyarakat. Bila
terjadi pergulatan
antarkelas sosial, pada
puncaknya pasti akan
terjadi revolusi.

Kritik

Pertama, tidak ada
fenomena apa pun yang
di dalamnya terjadi
perubahan kuantitas
kepada kualitas.
Maksimal yang bisa kita
katakan bahwa
terjadinya fenomena
tertentu itu tergantung
pada wujud kuantitas
tertentu, misalnya
derajat panas air itu
tidak akan berubah
menjadi uap. Akan
tetapi perubahan air
menjadi uap itu
tergantung pada panas
yang telah mencapai
tingkat tertentu.

Kedua, tidak mesti
kuantitas itu akan
terjadi dalam derajat
tertentu akibat
bertambahnya kuantitas
yang sebelumnya secara
berangsur. Bahkan hal
itu bisa terjadi akibat
sedikitnya kuantitas
yang sebelumnya,
seperti perubahan uap
ke air yang bergantung
pada turunnya derajat
panas.

Ketiga, berbagai
perubahan kualitas
tidak selamanya terjadi
secara seketika dalam
satu waktu. Bahkan
tidak jarang ia terjadi
secara berangsur,
seperti melelehnya
lilin atau kaca. Maka
itu, yang dapat
diterima adalah
kemestian terpenuhinya
kuantitas tertentu
dalam mewujudkan
sebagian fenomena alam,
bukan adanya perubahan
kuantitas kepada
kualitas, bukan pula
bertambahnya kuantitas
secara berangsur. Dan
kita pun sulit tidak
menerima universalitas
prinsip ini kepada
semua perubahan
kuantitas. Jadi,
sebenarnya tidak ada
sistem alam universal
yang dinamakan lompatan
(insidental) atau
perpindahan dari
berbagai perubahan
kuantitas menuju
perubahan-perubahan
kualitas.

Prinsip Negasi terhadap
Negasi

Prinsip ini disebut
juga dengan hukum
perkembangan dua
kontradiktif atau
dinamika alami. Yaitu,
bahwa dalam perubahan
dialektis yang bersifat
universal, tesis itu
bisa lenyap dengan
perantara antitesis.
Dan antitesis ini-pada
gilirannya-akan lenyap
dengan perantara
sintesis. Ini dapat
kita amati pada dunia
tumbuh-tumbuhan; sebuah
pohon dapat melenyapkan
bijinya, lalu pohon itu
sendiri pada gilirannya
akan dilenyapkan oleh
bibit-bibit yang baru.
Demikian pula sperma,
ia dapat melenyapkan
sel telur yang pada
gilirannya pun akan
dilenyapkan oleh itik.
Akan tetapi, dengan
proses semacam ini,
fenomena yang baru akan
lebih banyak memiliki
kesempurnaan
dibandingkan fenomena
sebelumnya. Dengan
ungkapan lain, gerak
dialektis senantiasa
mengalami peningkatan
dan penyempurnaan. Pada
poin inilah dasar
penting ini
tersembunyi, karena ia
dapat menunjukkan gerak
perubahan dan
menekankan peningkatan
dan kesempurnaan gerak
tersebut.

Kritik

Tentu dalam setiap
perubahan, keadaan
sebelumnya akan sirna
lalu muncul fenomena
baru. Apabila prinsip
di atas itu mengarah
kepada pengertian ini,
ia tidak menghasilkan
selain interpretasi
atas kelaziman suatu
perubahan. Akan tetapi,
interpretasi ini-yaitu
bahwa arah gerak itu
terbatas, bahwa gerak
itu senantiasa
mengalami peningkatan
dan penyempurnaan, dan
bahwa fenomena
berikutnya mesti lebih
sempurna dari yang
sebelumnya-tidak dapat
dikatakan sebagai hukum
yang berlaku secara
universal atas semua
gerak dan perubahan
alam. Apakah uranium
yang berubah menjadi
peluru setelah diproses
dan disinari berarti ia
lebih sempurna? Apakah
air menjadi lebih
sempurna ketika ia
berubah menjadi uap?
Ataukah uap tersebut
lebih sempurna ketika
berubah menjadi air?
Dan apakah ketika pohon
itu kering dan layu
hingga tidak tersisa
lagi buah dan bijinya
sedikit pun, berarti ia
lebih banyak memiliki
kesempurnaan?

Betul bahwa sebagian
realitas alam ini lebih
banyak memiliki
perkembangan dan
kesempurnaan akibat
adanya perubahan dan
gerak. Meski begitu,
hukum ini tidak
meliputi setiap gerak
dan perubahan.
Karenanya, kita tidak
dapat menerima prinsip
perkembangan dan
kesempurnaan sebagai
suatu hukum yang
universal atas setiap
fenomena alam.

Akhirnya, perlu kami
tekankan di sini,
meskipun diasumsikan
bahwa prinsip-prinsip
tersebut berlaku atas
alam semesta, maksimal
yang mungkin dapat
ditetapkan olehnya
adalah bahwa ia
menjelaskan bagaimana
terjadinya fenomena
tersebut, sebagaimana
hal ini terdapat dalam
semua hukum yang
terdapat pada ilmu-ilmu
alam. Akan tetapi,
keberadaan hukum yang
bersifat universal dan
berlaku pada alam
materi ini tidak
berarti bahwa berbagai
fenomena dan peristiwa
tidak butuh lagi kepada
pencipta dan sebab
pengada. Sebagaimana
pada pelajaran
sebelumnya, materi itu
merupakan mumkinul
wujud (wujud mungkin),
yang secara pasti ia
senantiasa butuh kepada
wajibul wujud.[]

Jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskan perbedaan
antara Materialisme
Dialetika dan
Materialisme Mekanika!

2. Terangkan prinsip
kontradiksi dan kritik-
kritik terhadapnya!

3. Terangkan prinsip
lompatan dan kritik-
kritik terhadapnya!

4. Terangkanlah prinsip
menafikkan negatif dan
ajukan kritik
terhadapnya!

5. Jika diasumsikan
bahwa prinsip-prinsip
itu benar dan bersifat
universal, apakah
berarti bahwa alam ini
tidak butuh lagi kepada
pencipta, dan mengapa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami tunggu kritik dan saran yang membangun dari anda !!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
~@~Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda~@~Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja~@~Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan~@~Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna~@~Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain~@~Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah~@~Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda~@~Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan~@~Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas~@~Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun~@~Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri~@~Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat~@~